Jakarta (ANTARA News) - Madu hutan merupakan kekayaan alam Pulau Sumbawa yang nilainya tidak terhingga. Untuk lebih memberi manfaat kepada masyarakat penggiat madu hutan, BNI Cabang Sumbawa Besar, di Provinsi NTB, memfasilitasi pengusahaan madu hutan secara modern, beberapa waktu lalu.

Pencari madu hutan di Pulau Sumbawa, terkhusus di Kabupaten Sumbawa Besar, tersebar dalam berbagai kelompok. Mereka bekerja keras mengumpulkan madu alam sumbawa dari lebah-lebah (Apis spp) di hutan yang memang terkenal berkhasiat paripurna.

Disayangkan, mereka sering menjadi sasaran eksploitasi tengkulak yang ulahnya mirip spekulan. Menentukan harga beli --bahkan mengijon-- dari pencari madu dengan harga semurah-murahnya dan menjual kepada siapa saja dengan harga setinggi mungkin. 

Posisi tawar pencari madu hutan sumbawa lemah karena berbagai hal, di antaranya pemahaman terbatas soal teknik pemanenan dan tata niaga. Kesejahteraan petani madu akan sulit ditingkatkan jika hal itu tetap terjadi. 

"Kami terpanggil membantu meningkatkan taraf hidup petani madu setempat melalui pelatihan cara panen dan pengolahan madu. Instrumen pendukung juga disiapkan," kata Pemimpin Cabang BNI Sumbawa Besar, Gusti Nyoman Dharma Putera, yang suka disapa Gustra.

Bank pemerintah itu, katanya, memiliki dana bina lingkungan yang kali ini disalurkan hingga ratusan juta rupiah kepada petani madu sumbawa melalui Jaringan Madu Hutan Sumbawa dan Yayasan Masyarakat Nusa Tenggara. Dari pihak mitra, terdapat M Rakib yang ketua JMHS dan para stafnya.

Mereka pada saat itu meresmikan Rumah Madu Sumbawa, di Kota Sumbawa Besar, yang menjadi percontohan pengembangan pengusahaan madu hutan sumbawa secara lebih modern. 

Secara angka, permintaan madu hutan sumbawa dari Jakarta sebanyak 10 ton pada 2008-2011. Permintaan itu bisa meningkat sejalan pemahaman masyarakat akan manfaat madu bagi manusia dan di bidang-bidang lain, semisal bumbu penyedap masakan dan pendukung pengobatan.

Pemerintah melalui SNI, juga mempunyai satu standar kualitas madu hutan, di antaranya kandungan air sekitar 22 persen terhadap bobot madu.

"Namun bukan itu saja, melalui program BNI Go Green, kami ingin memberi kontribusi kepada masyarakat setempat di mana kami beroperasi selama ini berupa peningkatan keterampilan. Produktivitas madu hutan bisa lestari dan kualitasnya semakin meningkat," kata Gustra.

Salah satu hal pokok adalah teknik dan alat untuk "memeras" nektar madu dari sarang-sarang lebah madu itu. Semakin bersih alias bebas dari lilin penyusun sarang maka semakin baik kualitas rendemen madu hutan itu. Jika itu terjadi dan dipertahankan niscaya petani madu akan semakin baik penghasilannya. 

Alat untuk meningkatkan volume, kemurnian, dan kebersihan rendemen nektar itu telah ditemukan. Tinggal saja menularkan kemampuan pemakaian alat ini kepada para petani madu hutan sumbawa.  

Itu sebagian dari makna kehadiran BNI Go Green di Sumbawa Besar. (*)