Website Lainnya

Total Tayangan

LAYANAN

* Akses Layar46 Versi Mobile di: http://bit.ly/mPp8D6 * Download Launcher Blackberry Layar46 di: http://bit.ly/n4BNfg

FAST RESPON

SAYA ADA UNTUK ANDA

layar46. Diberdayakan oleh Blogger.

Leadership Development Program (LDP)


by Aprilia Putri, 
Leadership Development Program (LDP) adalah salah satu program dari BNI yang ditujukan untuk meningkatkan kapabilitas dari pegawai BNI khususnya dalam meningkatkan kemampuan kunci individu dalam transformasi bisnis khususnya pengambilan keputusan yang efektif dan tepat, membangun model intervensi untuk membangun motivasi individu dalam transformasi bisnis, dan membangun long life learning capabilities dan diharapkan apa yang didapatkan dalam pelatihan LDP ini dapat ditularkan kepada rekan rekan di lingkungan kerjanya.
LDP ini dilaksanakan secara terintegrasi diawali dengan BOD Leadership Allignment, LDP Top 100–Senior Management, dan LDP Top 1000–Middle Management, dan sudah dilaksanakan sejak September 2010. Sampai saat ini, LDP Top 1000–Middle Management ini baru berjalan 3 batch, dan sisa 7 batch akan dilanjutkan mulai awal tahun 2013.
Materi pelatihan LDP ini disebut sebagai LDP 1000 Journey, dimana rangkaian proses pembelajaran diawali dengan sesi Foundation Workshop (soft skill 3 hari, hard skill 2 hari), sesi After Care (soft skill 1 hari, hard skill 4 hari), dan sesi Finishing Workshop (2 hari). Dalam sesi softskill yang dilakukan, workshop berjalan di Hotel Royal Kuningan, Jakarta dengan pembicara dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yaitu Doktor Ben dan Bapak Frans. Materi yang disampaikan lebih kepada fundamental teknik diantaranya dengan Mental Model dan Systems Thinking. Sedangkan untuk sesi hardskill disampaikan oleh pembicara dari Accenture.
Penulis tertarik untuk menyampaikan sedikit dalam Mental Models yang disampaikan, yaitu dimana titik penting dari Mental Models adalah U-theory dimana peserta diajarkan untuk lebih open mind, open heart, dan open will. Titik pandang peserta dalam melihat segala sesuatu dirubah sehingga dapat mengurangi Voice of Cynisism (VOC), Voice of Judgement (VOJ), dan Voice of Fear (VOF). Hambatan kita dalam bertindak saat ini adalah ketiga jenis Voice tersebut, dimana kita cenderung sinis, berburuk sangka, dan takut untuk memulai komunikasi dengan orang lain baik itu bawahan, rekanan, atau atasan kita. Sehingga dengan mental model ini, diharapkan para peserta dapat memperbaiki kemampuan dalam berkomunikasi dengan lebih baik untuk tercapainya target bisnis.
Final Workshop LDP ini yang dilaksanakan pada tanggal 31 November – 1 Desember 2012 nantinya, para peserta yang dikelompokkan sesuai dengan bidang bisnis atau area kerja akan menyusun suatu prototype yang mengarah pada percepatan bisnis BNI yang diharapkan dapat di eksekusi oleh Direksi BNI dan level Top Management.


by Aprilia Putri, 
Leadership Development Program (LDP) adalah salah satu program dari BNI yang ditujukan untuk meningkatkan kapabilitas dari pegawai BNI khususnya dalam meningkatkan kemampuan kunci individu dalam transformasi bisnis khususnya pengambilan keputusan yang efektif dan tepat, membangun model intervensi untuk membangun motivasi individu dalam transformasi bisnis, dan membangun long life learning capabilities dan diharapkan apa yang didapatkan dalam pelatihan LDP ini dapat ditularkan kepada rekan rekan di lingkungan kerjanya.
LDP ini dilaksanakan secara terintegrasi diawali dengan BOD Leadership Allignment, LDP Top 100–Senior Management, dan LDP Top 1000–Middle Management, dan sudah dilaksanakan sejak September 2010. Sampai saat ini, LDP Top 1000–Middle Management ini baru berjalan 3 batch, dan sisa 7 batch akan dilanjutkan mulai awal tahun 2013.
Materi pelatihan LDP ini disebut sebagai LDP 1000 Journey, dimana rangkaian proses pembelajaran diawali dengan sesi Foundation Workshop (soft skill 3 hari, hard skill 2 hari), sesi After Care (soft skill 1 hari, hard skill 4 hari), dan sesi Finishing Workshop (2 hari). Dalam sesi softskill yang dilakukan, workshop berjalan di Hotel Royal Kuningan, Jakarta dengan pembicara dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yaitu Doktor Ben dan Bapak Frans. Materi yang disampaikan lebih kepada fundamental teknik diantaranya dengan Mental Model dan Systems Thinking. Sedangkan untuk sesi hardskill disampaikan oleh pembicara dari Accenture.
Penulis tertarik untuk menyampaikan sedikit dalam Mental Models yang disampaikan, yaitu dimana titik penting dari Mental Models adalah U-theory dimana peserta diajarkan untuk lebih open mind, open heart, dan open will. Titik pandang peserta dalam melihat segala sesuatu dirubah sehingga dapat mengurangi Voice of Cynisism (VOC), Voice of Judgement (VOJ), dan Voice of Fear (VOF). Hambatan kita dalam bertindak saat ini adalah ketiga jenis Voice tersebut, dimana kita cenderung sinis, berburuk sangka, dan takut untuk memulai komunikasi dengan orang lain baik itu bawahan, rekanan, atau atasan kita. Sehingga dengan mental model ini, diharapkan para peserta dapat memperbaiki kemampuan dalam berkomunikasi dengan lebih baik untuk tercapainya target bisnis.
Final Workshop LDP ini yang dilaksanakan pada tanggal 31 November – 1 Desember 2012 nantinya, para peserta yang dikelompokkan sesuai dengan bidang bisnis atau area kerja akan menyusun suatu prototype yang mengarah pada percepatan bisnis BNI yang diharapkan dapat di eksekusi oleh Direksi BNI dan level Top Management.

BOGOR, KOMPAS.com -- Komunitas sepeda di perusahaan BUMN bertambah lagi. Kali ini para bankir yang bekerja di BNI 46 membentuk komunitas gowes yang dinamakan 46 Cyclist.
Peresmian komunitas goweser tersebut dilakukan di Hotel Haris Sentul City, Sabtu (10/11/2012). Acara bertema "BNI Bersepeda untuk Langit dan Hidup Sehat" itu, dirangkai dengan kegiatan saresehan yang dihadiri perwakilan dari 14 wilayah dari seluruh Indonesia.
Acara tersebut diawali dengan gowes bareng Corporate Social Responsibility (CSR) ke kebun bibit yang juga merupakan binaan BNI serta bakti sosial ke SDN 06 Kadumangu di kawasan Bogor.
Pada acara tersebut dilantik Eddy Suryo Kusumo sebagai Ketua 46 Cyclist. Target para pengurus komunitas tersebut antara lain mengajak jajaran direksi  BNI mengenal dan mencintai olahraga bersepeda.
Y Sunarto sebagai sesepuh 46 Cyclist berkeinginan untuk menyebarkan "candu" sepeda ke lingkungan perusahaan, sehingga semakin banyak pesepeda di tempatnya bekerja. Pada kesempatan tersebut dilakukan juga sharing dari Garuda Group Cycling Community (G2C2)  dan  komunitas  Kompas Gramedia Cyclist (KGC) tentang kegiatan bersepeda di komunitas mereka.
Editor :
Nasru Alam Aziz
BOGOR, KOMPAS.com -- Komunitas sepeda di perusahaan BUMN bertambah lagi. Kali ini para bankir yang bekerja di BNI 46 membentuk komunitas gowes yang dinamakan 46 Cyclist.
Peresmian komunitas goweser tersebut dilakukan di Hotel Haris Sentul City, Sabtu (10/11/2012). Acara bertema "BNI Bersepeda untuk Langit dan Hidup Sehat" itu, dirangkai dengan kegiatan saresehan yang dihadiri perwakilan dari 14 wilayah dari seluruh Indonesia.
Acara tersebut diawali dengan gowes bareng Corporate Social Responsibility (CSR) ke kebun bibit yang juga merupakan binaan BNI serta bakti sosial ke SDN 06 Kadumangu di kawasan Bogor.
Pada acara tersebut dilantik Eddy Suryo Kusumo sebagai Ketua 46 Cyclist. Target para pengurus komunitas tersebut antara lain mengajak jajaran direksi  BNI mengenal dan mencintai olahraga bersepeda.
Y Sunarto sebagai sesepuh 46 Cyclist berkeinginan untuk menyebarkan "candu" sepeda ke lingkungan perusahaan, sehingga semakin banyak pesepeda di tempatnya bekerja. Pada kesempatan tersebut dilakukan juga sharing dari Garuda Group Cycling Community (G2C2)  dan  komunitas  Kompas Gramedia Cyclist (KGC) tentang kegiatan bersepeda di komunitas mereka.
Editor :
Nasru Alam Aziz

Pemain Vita Solo Dilirik BNI 46

SOLO, suaramerdeka.com - Untuk kesekian kalinya, keandalan atlet-atlet klub bola voli Vita Solo mendapat pengakuan. Kali ini salah satu klub proliga, BNI 46 melirik pemain-pemain dari klub voli legendaris Kota Bengawan itu. Hal tersebut ditunjukkan dengan kehadiran tiga orang direksi dari bank BUMN itu akhir pekan lalu.
Bersama Loudry Maspaittela yang merupakan mantan atlet voli nasional dan juga pemandu bakat dari klub tersebut, mereka menyaksikan langsung performa para atlet Vita Solo saat digelarnya latihan rutin di GOR Manahan.
"Belum detil ke arah sana (untuk perekrutan-Red). Kedatangan mereka sebagai bentuk kepedulian terhadap klub-klub voli lokal di daerah yang memiliki potensi," jelas salah seorang pengurus Vita Solo, Joko Indrianto, Senin (5/11).
Meski begitu, Joko tak menampik bahwa bentuk kepedulian yang dilanjutkan dengan kerjasama antara kedua pihak dapat mengarah terhadap perekrutan pemain. "Kami pada prinsipnya tidak masalah kalau mereka tertarik dengan pemain Vita. Selama itu untuk kemajuan dari atlet bersangkutan kami buka peluang perekrutan itu," ungkapnya.
Menurut Joko, dari pemantauan tersebut, perwakilan BNI 46 menganggap bahwa klub voli Vita Solo memiliki pola dan kontinuitas latihan yang cukup teratur dan rapi. Hasilnya, pemain-pemain jebolan klub tersebut pun memiliki kualitas yang bisa diandalkan dan mampu bersaing di kancah kompetisi bola voli putri tingkat nasional.
"Mereka menawarkan sejumlah bentuk kerjasama seperti pemberian beasiswa kepada atlet berpotensi ditambah dengan penyediaan sarana dan prasarana berupa bola untuk latihan," tambah Joko.
Tapi secara pasti, Joko mengaku klub Vita belum langsung bisa mengiyakan penawaran kerjasama tersebut. Menurutnya, beberapa item penawaran masih akan dirapatkan lagi secara internal pengurus. Kemampuan dan potensi atlet-atlet Vita Solo memang harus diacungi jempol.
Musim lalu, tiga pemain Vita yakni Deni Saputri, Rika Yuniar TH dan Nur Nissa sudah tercatat sebagai awak tim BNI 46. Bahkan, hampir mayoritas pemain-pemain tim PON Jateng yang meraih perunggu di PON Riau berasal dari klub itu.
(Gading Persada/CN26)
SOLO, suaramerdeka.com - Untuk kesekian kalinya, keandalan atlet-atlet klub bola voli Vita Solo mendapat pengakuan. Kali ini salah satu klub proliga, BNI 46 melirik pemain-pemain dari klub voli legendaris Kota Bengawan itu. Hal tersebut ditunjukkan dengan kehadiran tiga orang direksi dari bank BUMN itu akhir pekan lalu.
Bersama Loudry Maspaittela yang merupakan mantan atlet voli nasional dan juga pemandu bakat dari klub tersebut, mereka menyaksikan langsung performa para atlet Vita Solo saat digelarnya latihan rutin di GOR Manahan.
"Belum detil ke arah sana (untuk perekrutan-Red). Kedatangan mereka sebagai bentuk kepedulian terhadap klub-klub voli lokal di daerah yang memiliki potensi," jelas salah seorang pengurus Vita Solo, Joko Indrianto, Senin (5/11).
Meski begitu, Joko tak menampik bahwa bentuk kepedulian yang dilanjutkan dengan kerjasama antara kedua pihak dapat mengarah terhadap perekrutan pemain. "Kami pada prinsipnya tidak masalah kalau mereka tertarik dengan pemain Vita. Selama itu untuk kemajuan dari atlet bersangkutan kami buka peluang perekrutan itu," ungkapnya.
Menurut Joko, dari pemantauan tersebut, perwakilan BNI 46 menganggap bahwa klub voli Vita Solo memiliki pola dan kontinuitas latihan yang cukup teratur dan rapi. Hasilnya, pemain-pemain jebolan klub tersebut pun memiliki kualitas yang bisa diandalkan dan mampu bersaing di kancah kompetisi bola voli putri tingkat nasional.
"Mereka menawarkan sejumlah bentuk kerjasama seperti pemberian beasiswa kepada atlet berpotensi ditambah dengan penyediaan sarana dan prasarana berupa bola untuk latihan," tambah Joko.
Tapi secara pasti, Joko mengaku klub Vita belum langsung bisa mengiyakan penawaran kerjasama tersebut. Menurutnya, beberapa item penawaran masih akan dirapatkan lagi secara internal pengurus. Kemampuan dan potensi atlet-atlet Vita Solo memang harus diacungi jempol.
Musim lalu, tiga pemain Vita yakni Deni Saputri, Rika Yuniar TH dan Nur Nissa sudah tercatat sebagai awak tim BNI 46. Bahkan, hampir mayoritas pemain-pemain tim PON Jateng yang meraih perunggu di PON Riau berasal dari klub itu.
(Gading Persada/CN26)
LONDON, Kaltim Post - PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk memperluas kesempatan magang bagi pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang menimba ilmu di lima kota terkemuka di dunia. Kelima kota dimana BNI siap menerima pemagangan pelajar dan mahasiswa adalah Singapura, Hong Kong, Tokyo, New York, dan London.

Demikian dilaporkan BNI Cabang London, Selasa (6/11) yang telah menghimpun aktivitas Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo di sela-sela kunjungannya ke Inggris dalam rangka mengikuti acara business forum. Forum bisnis ini digelar atas kolaborasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dengan UK trade & Investment (UKTI) pada tanggal 30 Oktober 2012 hingga 3 November  2012.

Pada kesempatan itu, Gatot berbicara di depan sekitar 100 pelajar dan mahasiswa yang tengah menimba ilmu di Inggris. Mereka terhimpun dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPIUK). Pertemuan ini sendiri dilaksanakan di University of Birmingham akhir pekan lalu, 3 November 2012. “Kesempatan studi di luar negeri, apalagi di London ini harus dimanfaatkan secara maksimal, karena hanya segelintir orang yang mendapatkan kesempatan untuk memperolehnya,” ujar Gatot.

Di Hong Kong, BNI akan terus menambah calon pemagang pada tahun 2013, jauh lebih banyak dibandingkan tahun ini yang masih menerima 5 pemagang. Program magang yang sudah dimulai sejak 2011 ini disediakan khusus untuk pelajar dan mahasiswa yang sekolah atau kuliah ini wilayah Tiongkok atau Hong Kong.   

Adapun di BNI cabang Singapura, setiap tahunnya ada satu pelajar atau mahasiswa yang diterima sebagai pemagang. Begitu juga dengan BNI cabang New York yang sudah mulai menyediakan tempat untuk magang. Sementara untuk BNI cabang Tokyo, program magang akan segera disiapkan.

Untuk magang di London, BNI cabang ibukota Inggris ini sudah menerima mahasiswa  magang sebanyak 24 orang sejak program ini dimulai pada tahun 2009. Kantor yang beralamat di BNI London Branch, 30 King Street, London EC2V 8AG ini mempersilahkan mahasiswa atau pelajar Indonesia untuk magang selama 2-3 bulan.

General Manager BNI London, Nungki Indraty menyatakan bahwa BNI London secara rutin sejak tahun 2009 menerima mahasiswa yang berminat untuk magang. Magang dilakukan selama 2 hingga 3 bulan setelah studi selesai dan dilakukan sembari menunggu jadwal wisuda. “Selama magang, mahasiswa dapat mempelajari transaksi trade finance, kiriman uang, treasury dan kredit,” ujar Nungki.

Bank Terdekat dengan Pendidikan

Rangkaian program magang yang terus dikembangkan di luar negeri tersebut merupakan bagian dari dukungan BNI terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Di Indonesia, BNI juga membuka program magang yang sangat terbuka.

Tidak hanya itu, BNI juga terus meningkatkan peluang perekrutan tenaga-tenaga berkualitas dari 24 perguruan tinggi terkemuka di Indonesia melalui Early Recruitment Programs (ERP).

Hingga saat ini, BNI sudah merekrut 203 tenaga terampil hasil ERP. Kandidat peserta ERP adalah mahasiswa yang sudah memasuki masa kuliah pada semester 7 dan lolos pada uji penyaringan.

Penyaringan dilakukan melalui tes administratif, tes TOEFL, uji kompetensi, wawancara, hingga tes kesehatan. Mahasiswa yang diterima akan menerima beasiswa dari BNI hingga seluruh biaya kuliah terpenuhi sampai lulus.

Setelah lulus, peserta ERP akan diikutsertakan dalam program pengembangan pegawai (ODP) yang sarat dengan program pelatihan. Peserta ODP, nantinya, akan memasuki tahapan persiapan sebagai pegawai BNI.

Untuk diketahui, BNI merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia, memiliki 1.851 outlet cabang dan sentra kredit yang tersebar di seluruh Indonesia, serta 5 cabang luar negeri seperti Singapura, Hong Kong, Tokyo, New York, dan London. BNI juga mempunyai representative office di Timur Tengah dan Asia Tenggara. (lhl/*/k1)
LONDON, Kaltim Post - PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk memperluas kesempatan magang bagi pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang menimba ilmu di lima kota terkemuka di dunia. Kelima kota dimana BNI siap menerima pemagangan pelajar dan mahasiswa adalah Singapura, Hong Kong, Tokyo, New York, dan London.

Demikian dilaporkan BNI Cabang London, Selasa (6/11) yang telah menghimpun aktivitas Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo di sela-sela kunjungannya ke Inggris dalam rangka mengikuti acara business forum. Forum bisnis ini digelar atas kolaborasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dengan UK trade & Investment (UKTI) pada tanggal 30 Oktober 2012 hingga 3 November  2012.

Pada kesempatan itu, Gatot berbicara di depan sekitar 100 pelajar dan mahasiswa yang tengah menimba ilmu di Inggris. Mereka terhimpun dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPIUK). Pertemuan ini sendiri dilaksanakan di University of Birmingham akhir pekan lalu, 3 November 2012. “Kesempatan studi di luar negeri, apalagi di London ini harus dimanfaatkan secara maksimal, karena hanya segelintir orang yang mendapatkan kesempatan untuk memperolehnya,” ujar Gatot.

Di Hong Kong, BNI akan terus menambah calon pemagang pada tahun 2013, jauh lebih banyak dibandingkan tahun ini yang masih menerima 5 pemagang. Program magang yang sudah dimulai sejak 2011 ini disediakan khusus untuk pelajar dan mahasiswa yang sekolah atau kuliah ini wilayah Tiongkok atau Hong Kong.   

Adapun di BNI cabang Singapura, setiap tahunnya ada satu pelajar atau mahasiswa yang diterima sebagai pemagang. Begitu juga dengan BNI cabang New York yang sudah mulai menyediakan tempat untuk magang. Sementara untuk BNI cabang Tokyo, program magang akan segera disiapkan.

Untuk magang di London, BNI cabang ibukota Inggris ini sudah menerima mahasiswa  magang sebanyak 24 orang sejak program ini dimulai pada tahun 2009. Kantor yang beralamat di BNI London Branch, 30 King Street, London EC2V 8AG ini mempersilahkan mahasiswa atau pelajar Indonesia untuk magang selama 2-3 bulan.

General Manager BNI London, Nungki Indraty menyatakan bahwa BNI London secara rutin sejak tahun 2009 menerima mahasiswa yang berminat untuk magang. Magang dilakukan selama 2 hingga 3 bulan setelah studi selesai dan dilakukan sembari menunggu jadwal wisuda. “Selama magang, mahasiswa dapat mempelajari transaksi trade finance, kiriman uang, treasury dan kredit,” ujar Nungki.

Bank Terdekat dengan Pendidikan

Rangkaian program magang yang terus dikembangkan di luar negeri tersebut merupakan bagian dari dukungan BNI terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Di Indonesia, BNI juga membuka program magang yang sangat terbuka.

Tidak hanya itu, BNI juga terus meningkatkan peluang perekrutan tenaga-tenaga berkualitas dari 24 perguruan tinggi terkemuka di Indonesia melalui Early Recruitment Programs (ERP).

Hingga saat ini, BNI sudah merekrut 203 tenaga terampil hasil ERP. Kandidat peserta ERP adalah mahasiswa yang sudah memasuki masa kuliah pada semester 7 dan lolos pada uji penyaringan.

Penyaringan dilakukan melalui tes administratif, tes TOEFL, uji kompetensi, wawancara, hingga tes kesehatan. Mahasiswa yang diterima akan menerima beasiswa dari BNI hingga seluruh biaya kuliah terpenuhi sampai lulus.

Setelah lulus, peserta ERP akan diikutsertakan dalam program pengembangan pegawai (ODP) yang sarat dengan program pelatihan. Peserta ODP, nantinya, akan memasuki tahapan persiapan sebagai pegawai BNI.

Untuk diketahui, BNI merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia, memiliki 1.851 outlet cabang dan sentra kredit yang tersebar di seluruh Indonesia, serta 5 cabang luar negeri seperti Singapura, Hong Kong, Tokyo, New York, dan London. BNI juga mempunyai representative office di Timur Tengah dan Asia Tenggara. (lhl/*/k1)

Musda DPD SP WBN


Tgl 2 - 4 November bertempat di Alamanda Resort, Garut , Jawa Barat kemarin telah dilaksanakan Musyawarah Daerah DPW SP BNI untuk Wilayah Bandung. Para peserta yang merupakan perwakilan dari tiap DPC di jawa barat 

Salah satu hasil Musda tersebut adalah terpilihnya Saudara Lucky Budiman menjadi ketua DPW yang baru

Selamat kepada pengurus baru dan semoga kinerja kedepan makin lebih baik dan mampu memperjuangkan aspirasi rekan rekan. amin

Tgl 2 - 4 November bertempat di Alamanda Resort, Garut , Jawa Barat kemarin telah dilaksanakan Musyawarah Daerah DPW SP BNI untuk Wilayah Bandung. Para peserta yang merupakan perwakilan dari tiap DPC di jawa barat 

Salah satu hasil Musda tersebut adalah terpilihnya Saudara Lucky Budiman menjadi ketua DPW yang baru

Selamat kepada pengurus baru dan semoga kinerja kedepan makin lebih baik dan mampu memperjuangkan aspirasi rekan rekan. amin

Anggoro Eko Cahyo: Mengelola SDM Perlu Sentuhan Art

Profile of the week
MESKIPUN belum lama menjabat sebagai Pemimpin Divisi Human Capital, Anggoro Eko Cahyo bukanlah orang baru di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). Istilah baru hanya di divisi Human Capital saja. Karena sesungguhnya, Anggoro, begitu ia disapa, dua tahun lalu akrab dengan masalah operasional BNI sebagai pimpinan wilayah. Mengelola masalah operasional, Anggoro familiar dengan perencanaan program-program BNI seperti strategi penjualan kartu kredit, hadiah-hadiah tahapan, dan program penjualan lainnya.
Menjabat sebagai Pemimpin Divisi Human Capital, pada dasarnya Anggoro tidak memiliki background pendidikan formal yang berhubungan dengan posisi tersebut. Ya, ia adalah sarjana Teknik & Manajemen Industri, Institut Teknologi Indonesia dan meraih gelar S2 di Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
Latar belakang inilah yang membuat dia masuk ke BNI melalui jalur operational department. Mengenai kompetensi di bidang HR, Anggoro mengaku mendapatkan ilmu dengan belajar secara otodidak dan berdasarkan pengalamannya selama menjabat sebagai pimpinan wilayah.
“Ketika masuk sebagai pimpinan wilayah pun sebenarnya saya sudah berhubungan dengan people. Dan common sense saya adalah apabila seseorang tidak bisa mencapai target, berarti orang itu perlu di-equip. Sesimpel itu saja,” ungkap Anggoro.
Oleh karena itulah, ketika harus berhadapan dengan managing people, ia langsung melihat kepada gap kompetensi apa yang ada pada mereka dan training apa yang tepat untuk meningkatkan kompetensi tersebut.
Ketika ditunjuk menjadi Pemimpin Divisi Human Capital, sebetulnya masih terbersit di pikiran Anggoro mengapa ia yang ditunjuk, padahal pengalaman di bidang HR belum ada. Ketika pertanyaan itu diajukan kepada dewan komisaris dan direksi, ia pun mendapat jawaban yang memantapkan keputusannya.
Menurut para penunjuk tersebut, Anggoro telah terlibat lama dalam managing people. Sebagai pimpinan wilayah, ia telah membawahi sekitar 700 karyawan karena satu wilayah terdiri dari tujuh cabang dan kantor pelayanan mencapai 80 buah (tiap kantor 5-10 karyawan). Dan lagi, setelah memimpin wilayah, ia juga sempat digeser ke atas menjadi pimpinan jaringan dan pelayanan. Itu artinya, sudah 2/3 jumlah karyawan ia tangani.
Terlebih lagi para dewan penunjuk juga meyakinkan Anggoro bahwa dalam mengelola sumber daya manusia, 75% adalah art dan sisanya adalah skill. Jika memang skill tersebut belum dikuasai, maka ia hanya perlu belajar 25% saja. Dan pernyataan terakhir tersebut, senada betul dengan pemikiran Anggoro, itulah kenapa akhirnya ia menjadi sangat yakin dengan posisi barunya tersebut.
Bagi Anggoro, sentuhan art memang sangat diperlukan dalam mengelola sumber daya manusia. Setidaknya, itulah salah satu yang ia dapatkan dari pengalamannya mengatur bawahannya di tingkat wilayah maupun jaringan.
Karena dalam satu unit, orang bisa jadi sudah berinteraksi lama, tapi dalam interaksi tersebut, belum terbangun trust. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Menurut Anggoro, hal tersebut bisa saja terjadi karena pemberian penugasan yang tidak menghasilkan trickle down effect, komunikasi yang tidak lancar atau berjalan tidak smooth.
Intinya, menjadi pimpinan di bidang SDM haruslah memiliki kesabaran dan ketelatenan untuk mendengarkan, dan tidak terburu-buru mendiagnosis jika terjadi masalah. Salah satu contoh konkrit adalah berangkat dari pengalamannya ketika ia menjalankan tugasnya di wilayah maupun jaringan. Sebelum dilakukan pemecahan, wilayah BSD masih bergabung dengan Jakarta Kota, sehingga jangkauan wilayah tersebut sangatlah luas.
Logikanya, semakin besar jangkauan wilayah, semakin sulit melakukan kontrol dan menjalankan seluruh program secara optimal. Hal inilah yang justru akan memicu buruknya performance di setiap wilayah. Dari jawaban para kepala cabang yang sangat normatif, akar permasalahan sebenarnya menjadi sulit digali. Untuk itulah, diperlukan skill mendengarkan tersebut sebelum mendiagnosis.
Rupanya pemekaran tidak disetujui para ketua cabang karena masing-masing wilayah takut kehilangan power. Padahal seharusnya, hasil optimal adalah dari wilayah kecil yang diupayakan secara optimal pula untuk mendapatkan output sesuai atau bahkan melebihi ekspektasi. Untuk itulah, akhirnya Anggoro melakukan pendekatan melalui achievement. “Lebih baik wilayah kecil tetapi output besar ketimbang wilayahnya besar, tetapi justru outputnya kecil,” jelasnya.
BNI sendiri, tutur Anggoro, tahun ini sedang dalam masa peningkatan kapasitas karyawan. Diprogramkan demikian karena setelah beberapa tahun sempat mengalami  zero growth, terjadi adanya gap dalam susunan karyawan BNI. Terlebih lagi karena setelah bisnisnya semakin bertumbuh dan BNI merekrut karyawan-karyawan baru. Untuk menghilangkan gap tersebut, maka diperlukan akselerasi pada karyawan lama level bawah.
Proses akselerasi karyawan di BNI, yang paling mendasar adalah bagaimana peran dari seorang leader untuk membimbing dan menjadi mentor bagi bawahannya. Setiap leader harus mampu menciptakan engagement bawahannya. Dan itu masuk dalam performance evaluation di BNI. Program nyata yang sedang dikerjakan BNI adalah dengan mengadakan training yang dinamakan Leadership Development Program bagi VP dan EVP (LDP 100). LDP 100 menyasar pada 100 VP dan EVP terbaik di BNI untuk kemudian diberikan training beberapa bulan, dengan salah satu agendanya adalah menyusun sebuah project dalam kelompok yang nantinya akan menjadi prototype untuk selanjutnya dievaluasi dan dieksekusi menjadi sebuah program peningkatan sales dari produk BNI.
Lalu apakah sebetulnya objective atau tujuan dari program ini? Anggoro menjelaskan yang utama adalah untuk menciptakan pemimpin-pemimpin yang mampu men-develop anak buahnya. Disadari benar oleh BNI bahwa, engagement dan loyalitas dari karyawan sangat dipengaruhi oleh bisa atau tidaknya seorang pemimpin men-develop mereka.
Hal lain yang menjadi concern bagi Anggoro saat ini adalah HR business partner. Salah satu contoh implementasinya adalah bahwa HR departemen akan terlibat secara proaktif dalam proses rekrutmen di seluruh departemen di BNI. Departemen rekrutmen akan terlibat dengan rapat unit sales atau unit lainnya untuk lebih mengetahui bagaimana kondisi medan departemen yang sedang membutuhkan karyawan baru. Kemudian setelah mengerti kebutuhan departemen tersebut, proses rekrutmen segera dilaksanakan sesuai prosedur oleh departemen rekrutmen.
Anggoro mengakui, sebagaimana perusahaan BUMN lainnya, maka budaya birokrasi lama memang masih terasa. Masih banyak bawahan yang segan terhadap atasannya yang terkadang justru menimbulkan dampak negatif seperti ketakutan menyampaikan pendapat.
“Fakta ini tidak dapat dilihat semata-mata dari kesalahan bawahan. Keengganan mengemukakan saran ataupun kritik bagi atasan tersebut dipicu oleh ketidakpiawaian si pemimpin menciptakan space dan memberikan tantangan kepada bawahannya. Nah, itulah perlunya kemudian seluruh leader di BNI untuk menjadi dekat dan mau mendengar aspirasi dari para bawahannya. Salah satu bentuk nyata mungkin dengan memberikan nomor kontak, baik itu nomor ponsel, email maupun pin blackberry bila perlu,” ujarnya. (*/triw) Sumber: http://www.portalhr.com)
Profile of the week
MESKIPUN belum lama menjabat sebagai Pemimpin Divisi Human Capital, Anggoro Eko Cahyo bukanlah orang baru di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). Istilah baru hanya di divisi Human Capital saja. Karena sesungguhnya, Anggoro, begitu ia disapa, dua tahun lalu akrab dengan masalah operasional BNI sebagai pimpinan wilayah. Mengelola masalah operasional, Anggoro familiar dengan perencanaan program-program BNI seperti strategi penjualan kartu kredit, hadiah-hadiah tahapan, dan program penjualan lainnya.
Menjabat sebagai Pemimpin Divisi Human Capital, pada dasarnya Anggoro tidak memiliki background pendidikan formal yang berhubungan dengan posisi tersebut. Ya, ia adalah sarjana Teknik & Manajemen Industri, Institut Teknologi Indonesia dan meraih gelar S2 di Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
Latar belakang inilah yang membuat dia masuk ke BNI melalui jalur operational department. Mengenai kompetensi di bidang HR, Anggoro mengaku mendapatkan ilmu dengan belajar secara otodidak dan berdasarkan pengalamannya selama menjabat sebagai pimpinan wilayah.
“Ketika masuk sebagai pimpinan wilayah pun sebenarnya saya sudah berhubungan dengan people. Dan common sense saya adalah apabila seseorang tidak bisa mencapai target, berarti orang itu perlu di-equip. Sesimpel itu saja,” ungkap Anggoro.
Oleh karena itulah, ketika harus berhadapan dengan managing people, ia langsung melihat kepada gap kompetensi apa yang ada pada mereka dan training apa yang tepat untuk meningkatkan kompetensi tersebut.
Ketika ditunjuk menjadi Pemimpin Divisi Human Capital, sebetulnya masih terbersit di pikiran Anggoro mengapa ia yang ditunjuk, padahal pengalaman di bidang HR belum ada. Ketika pertanyaan itu diajukan kepada dewan komisaris dan direksi, ia pun mendapat jawaban yang memantapkan keputusannya.
Menurut para penunjuk tersebut, Anggoro telah terlibat lama dalam managing people. Sebagai pimpinan wilayah, ia telah membawahi sekitar 700 karyawan karena satu wilayah terdiri dari tujuh cabang dan kantor pelayanan mencapai 80 buah (tiap kantor 5-10 karyawan). Dan lagi, setelah memimpin wilayah, ia juga sempat digeser ke atas menjadi pimpinan jaringan dan pelayanan. Itu artinya, sudah 2/3 jumlah karyawan ia tangani.
Terlebih lagi para dewan penunjuk juga meyakinkan Anggoro bahwa dalam mengelola sumber daya manusia, 75% adalah art dan sisanya adalah skill. Jika memang skill tersebut belum dikuasai, maka ia hanya perlu belajar 25% saja. Dan pernyataan terakhir tersebut, senada betul dengan pemikiran Anggoro, itulah kenapa akhirnya ia menjadi sangat yakin dengan posisi barunya tersebut.
Bagi Anggoro, sentuhan art memang sangat diperlukan dalam mengelola sumber daya manusia. Setidaknya, itulah salah satu yang ia dapatkan dari pengalamannya mengatur bawahannya di tingkat wilayah maupun jaringan.
Karena dalam satu unit, orang bisa jadi sudah berinteraksi lama, tapi dalam interaksi tersebut, belum terbangun trust. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Menurut Anggoro, hal tersebut bisa saja terjadi karena pemberian penugasan yang tidak menghasilkan trickle down effect, komunikasi yang tidak lancar atau berjalan tidak smooth.
Intinya, menjadi pimpinan di bidang SDM haruslah memiliki kesabaran dan ketelatenan untuk mendengarkan, dan tidak terburu-buru mendiagnosis jika terjadi masalah. Salah satu contoh konkrit adalah berangkat dari pengalamannya ketika ia menjalankan tugasnya di wilayah maupun jaringan. Sebelum dilakukan pemecahan, wilayah BSD masih bergabung dengan Jakarta Kota, sehingga jangkauan wilayah tersebut sangatlah luas.
Logikanya, semakin besar jangkauan wilayah, semakin sulit melakukan kontrol dan menjalankan seluruh program secara optimal. Hal inilah yang justru akan memicu buruknya performance di setiap wilayah. Dari jawaban para kepala cabang yang sangat normatif, akar permasalahan sebenarnya menjadi sulit digali. Untuk itulah, diperlukan skill mendengarkan tersebut sebelum mendiagnosis.
Rupanya pemekaran tidak disetujui para ketua cabang karena masing-masing wilayah takut kehilangan power. Padahal seharusnya, hasil optimal adalah dari wilayah kecil yang diupayakan secara optimal pula untuk mendapatkan output sesuai atau bahkan melebihi ekspektasi. Untuk itulah, akhirnya Anggoro melakukan pendekatan melalui achievement. “Lebih baik wilayah kecil tetapi output besar ketimbang wilayahnya besar, tetapi justru outputnya kecil,” jelasnya.
BNI sendiri, tutur Anggoro, tahun ini sedang dalam masa peningkatan kapasitas karyawan. Diprogramkan demikian karena setelah beberapa tahun sempat mengalami  zero growth, terjadi adanya gap dalam susunan karyawan BNI. Terlebih lagi karena setelah bisnisnya semakin bertumbuh dan BNI merekrut karyawan-karyawan baru. Untuk menghilangkan gap tersebut, maka diperlukan akselerasi pada karyawan lama level bawah.
Proses akselerasi karyawan di BNI, yang paling mendasar adalah bagaimana peran dari seorang leader untuk membimbing dan menjadi mentor bagi bawahannya. Setiap leader harus mampu menciptakan engagement bawahannya. Dan itu masuk dalam performance evaluation di BNI. Program nyata yang sedang dikerjakan BNI adalah dengan mengadakan training yang dinamakan Leadership Development Program bagi VP dan EVP (LDP 100). LDP 100 menyasar pada 100 VP dan EVP terbaik di BNI untuk kemudian diberikan training beberapa bulan, dengan salah satu agendanya adalah menyusun sebuah project dalam kelompok yang nantinya akan menjadi prototype untuk selanjutnya dievaluasi dan dieksekusi menjadi sebuah program peningkatan sales dari produk BNI.
Lalu apakah sebetulnya objective atau tujuan dari program ini? Anggoro menjelaskan yang utama adalah untuk menciptakan pemimpin-pemimpin yang mampu men-develop anak buahnya. Disadari benar oleh BNI bahwa, engagement dan loyalitas dari karyawan sangat dipengaruhi oleh bisa atau tidaknya seorang pemimpin men-develop mereka.
Hal lain yang menjadi concern bagi Anggoro saat ini adalah HR business partner. Salah satu contoh implementasinya adalah bahwa HR departemen akan terlibat secara proaktif dalam proses rekrutmen di seluruh departemen di BNI. Departemen rekrutmen akan terlibat dengan rapat unit sales atau unit lainnya untuk lebih mengetahui bagaimana kondisi medan departemen yang sedang membutuhkan karyawan baru. Kemudian setelah mengerti kebutuhan departemen tersebut, proses rekrutmen segera dilaksanakan sesuai prosedur oleh departemen rekrutmen.
Anggoro mengakui, sebagaimana perusahaan BUMN lainnya, maka budaya birokrasi lama memang masih terasa. Masih banyak bawahan yang segan terhadap atasannya yang terkadang justru menimbulkan dampak negatif seperti ketakutan menyampaikan pendapat.
“Fakta ini tidak dapat dilihat semata-mata dari kesalahan bawahan. Keengganan mengemukakan saran ataupun kritik bagi atasan tersebut dipicu oleh ketidakpiawaian si pemimpin menciptakan space dan memberikan tantangan kepada bawahannya. Nah, itulah perlunya kemudian seluruh leader di BNI untuk menjadi dekat dan mau mendengar aspirasi dari para bawahannya. Salah satu bentuk nyata mungkin dengan memberikan nomor kontak, baik itu nomor ponsel, email maupun pin blackberry bila perlu,” ujarnya. (*/triw) Sumber: http://www.portalhr.com)

Layar46 Forums

Status Layar 46

 
2012 Layar46 | Blogger Templates for HostGator Coupon Code Sponsors: WooThemes Coupon Code, Rockable Press Discount Code